Breaking News
Loading...
Selasa, 05 April 2011

Ide Jitu Mereguk Laba dari Segarnya Teh

05.17
Ide Jitu Mereguk Laba dari Segarnya Teh
Tradisi minum teh di negeri kita boleh jadi belum sekental masyarakat China, Jepang, Korea, Inggris, atau Rusia. Di negara-negara tersebut, keberadaan teh sudah menjadi bagian dari budaya alias tradisi sekaligus gaya hidup.

Namun, di Indonesia teh sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Selain dipercaya bisa menambah stamina, minuman ini pantas kita seruput dalam kondisi apa pun dan kapan saja.

Saking banyaknya penggila teh, di berbagai pusat perbelanjaan bermunculan gerai yang menjual minuman nan menyegarkan itu. Tinggal pesan, sang teh langsung membasahi kerongkongan Anda.

Ya, belakangan ini makin banyak produsen menawarkan kerjasama bisnis menjadi penjaja teh seduh siap minum. Bagi produsen, keuntungan ganda menanti. Selain produksi teh mereka terus meningkat, ada fee pemakaian nama. Beberapa tawaran kerjasama teh di antaranya datang dari Sari Wangi yang menawarkan kemitraan dan Goodtea menawarkan skema waralaba. Nah, mari kita reguk satu per satu.

Kemitraan Sari Wangi


Sejak Agustus tahun lalu, pabrikan teh kelompok PT Unilever Tbk ini membuka peluang bagi masyarakat yang berminat menjadi mitra penjual teh. "Kami berniat memberikan alternatif usaha dengan modal kecil, sekaligus mengedukasi masyarakat soal tradisi minum teh," ujar Bidho Travolta Khiunniko, Asisten Manajer Pengembangan Bisnis Sari Wangi.

Dengan hanya merogoh kocek sebesar Rp 5,5 juta, peminat kemitraan teh merek Sari Wangi bisa langsung tancap gas. Bidho menjelaskan, dengan duit sekecil itu mitra berhak memperoleh konter, kontainer tempat teh, mug untuk membikin teh tarik, teko listrik, sendok pengaduk, seragam penjual, serta modal kerja berupa sejumlah sachet teh berikut gelas.

Kerjasama ini berlaku untuk masa satu tahun kontrak. Jika si mitra berniat melanjutkan kerjasama, Sari Wangi menetapkan fee kerjasama sebesar Rp 500.000 yang berlaku satu tahun ke depan. "Kami tidak memungut royalty fee. Kami hanya mendapat keuntungan dari perpanjangan kontrak, sebesar Rp 500.000 setiap tahun," ujar Bidho.

Meski tidak membanderol royalty fee, si mitra tetap harus memperhatikan perkembangan omzetnya. Sari Wangi memang tidak menetapkan minimal omzet secara kaku, namun ada minimal order, yaitu 140 gelas per hari. Sari Wangi bakal terus meneropong kualitas dagangan si mitra. "Setiap dua minggu kami kirim tester kami sebagai mystery guest," ujar dia. Jika menyalahi standar rasa yang sudah ditentukan, si mitra akan mendapat peringatan. "Kalau tidak juga dibenahi, ya, kontraknya bisa kami putus," kata Bidho.

Terkait dengan lokasi usaha, Sari Wangi tidak kaku memilih tempat di mal atau pasar modern. Pasar tradisional juga bisa, asal ramai, layak dan pantas. Proses pengurusan kerjasama bisnis ini tidak makan waktu lama. Dengan catatan lokasi usaha sudah beres, sekitar dua pekan sejak pengajuan, si mitra bisa langsung menjalankan usaha.

Jika asumsi omzet per hari sebanyak 140 gelas per hari bisa terpenuhi dan harga teh sekitar Rp 3.000 per gelas, berarti dalam sehari mitra akan mendapat omzet sekitar Rp 420.000. Maka, Bidho memperkirakan dalam dua bulan, si mitra bisa langsung balik modal.

Segarnya bisnis ini sudah memikat 130 orang yang menjadi mitra Sari Wangi. Mereka tersebar di Jabodetabek, Surabaya, dan Yogyakarta.

Waralaba Goodtea

Tak mau kalah dengan produsen teh yang sudah punya nama, sejak Januari lalu muncul waralaba Goodtea. Menurut sang pemilik, Putra Wilda, sejak ia menawarkan Januari lalu sudah ada 183 calon terwaralaba yang berminat. Seluruh mitra itu sudah membayar franchise fee dan siap beroperasi begitu mendapat lokasi yang strategis. Oh, iya, saat ini sudah ada 16 konter yang beroperasi di seantero Jabodetabek.

Goodtea menawarkan empat paket waralaba, yakni Silver A, Silver B, Gold, dan Platinum. Pada dasarnya, dalam setiap paket tersebut tersedia peralatan dan perlengkapan yang sama, hanya jumlahnya saja yang berbeda.

Misalnya, paket Silver A dan B hampir sama. Perbedaannya hanya pada mesin sealer, yaitu mesin yang berfungsi untuk menutup cup teh. Paket Silver A tanpa menggunakan mesin sealer. "Jadi cup-nya hanya ditutup dengan penutup plastik yang biasa dipakai untuk menutup jus," papar Putra.

Untuk mendapatkan Silver A, terwaralaba cukup merogoh kocek sebesar Rp 4,5 juta. Mitra sudah mendapatkan konter yang bisa dibongkar pasang, teko listrik dan biasa, termos es, saringan teh, shaker dan peralatan lainnya. Bahan baku yang akan diterima antara lain 10 bungkus teh, 2 kilogram gula, dua botol susu, dua pak es batu, 100 cup plastik dan lainnya. Paket silver B yang dipersenjatai dengan mesin sealer lebih mahal, yakni Rp 5,5 juta.

Untuk paket Gold, harganya Rp 7 juta. Terwaralaba akan mendapatkan konter permanen dengan peralatan yang sama dengan paket Silver. Tapi teh dan cup plastik yang tersedia lebih banyak, masing-masing 20 bungkus teh dan 200 cup.

Paket yang termahal adalah Platinum, yakni Rp 8 juta. Untuk peralatan dan perlengkapannya sama saja dengan paket lainnya. Yang membedakan paket Platinum hanya pada bentuk dan desain konter. "Mitra bebas menentukan desain konternya, tapi setelah diskusi dengan kami," ujar Putra.

Selama tiga bulan pertama, Goodtea tak memungut royalty fee. Di bulan keempat, barulah terwaralaba membayarkan 10% dari keuntungan bersih tiap bulan ke Goodtea. "Dari pengalaman mitra yang sudah berjalan, dalam masa sebulan mereka sudah bisa balik modal," ucap Putra.
Maka menurut dia, faktor lokasi sangat menentukan. Kalau selama dua pekan mereka belum mampu menjual sekitar 100 cup teh dalam sehari, Goodtea menyarankan untuk relokasi.

Menurut hitungan Putra, dengan asumsi bisa menjual 100 gelas teh per hari dengan harga Rp 2.500 per gelas, dalam sehari mitra akan mengantongi pendapatan kotor Rp 250.000. Setelah dikurangi dengan biaya pembelian bahan baku teh yang rata-rata sekitar Rp 100.000 per hari, berarti mitra akan mengantongi keuntungan bersih Rp 150.000 per hari. Jangan heran kalau di paket Silver ini dalam dua bulan mitra sudah balik modal.

Anda berminat? Memang, permintaan teh masih terbuka luas. Namun, banyak pemain lain yang sudah menerjuni usaha ini. Makanya persaingan memperebutkan kue pasar teh sedu ini jelas sangat ketat. “Terus berinovasi agar terus bertahan,” imbuh Bidho. (Tabloid Kontan)


Sumber : ciputraentrepreneurship.com

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Toggle Footer