Breaking News
Loading...
Sabtu, 29 Oktober 2011

Ide Jitu Bisnis Torakur, Tomat Rasa Kurma

08.52
Ide Jitu Bisnis Torakur, Tomat Rasa Kurma
Bagi sebagian orang, tomat hanya sekadar dijadikan sambal, jus ataupun tambahan penyedap dalam memasak sayur. Namun tidak demikian halnya dengan Sri Ngestiwati, warga Dusun Ampel Gading RT 5/VI, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Di tangan pegawai Unit Pelayanan Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Bandungan ini buah tomat diolah sedemikian rupa yang akhirnya menyerupai buah kurma. Dari situ akhirnya muncul istilah torakur atau tomat rasa kurma.

Ya, melalui bekal pengetahuan yang diperoleh dari mahasiswa Unnes yang melakukan kuliah kerja nyatan (KKN) di desanya, Sri Ngestiwati menciptakan produk torakur tersebut. Namun tidak serta-merta dia bisa menemukan rasa yang pas dengan buah kurma. Rasa kurma itu didapatkan setelah melakukan uji coba berulang kali. Usaha produksi torakur tersebut dijalani sejak tahun 2002 silam. Dari usahanya itu Sri Ngestiwati dapat menampung delapan tenaga kerja.

Sejauh ini Ngestiwati tidak kesulitan dalam memperoleh buah tomat karena bisa didapatkan di sekitar Bandungan. Sebagian besar tomat dibeli dari Pasar Jetis, Bandungan. Dalam sehari, rata-rata tomat yang dibutuhkan sebanyak 1,5 kuintal. "Kalau musim hujan hanya memproduksi sedikit karena selain harga tomat mahal, juga kesulitan untuk menjemur hasil olahan," ungkap dia.

Riski menjelaskan, proses pembuatan torakur diawali dengan melukai buah tomat untuk diambil hati dan isinya yang kemudian direndam air kapur. Namun tidak semua tomat bisa dimanfaatkan. Hanya tomat berkualitas bagus yang diambil.

Proses selanjutnya hati tomat itu dicuci dan direbus dengan dicampur gula pasir. Dibutuhkan waktu sekitar empat jam untuk merebus tomat tersebut. Setelah ditiris dan dijemur sampai setengah kering, baru kemudian dibentuk menyerupai buah kurma.

Untuk menjaga kebersihan terutama dari serangan lalat, tempat penjemuran dibuat tertutup. Atas terbuat dari kaca sedangkan bagian samping dipasang plastik. Tempat penjemuran berbentuk panggung mirip kandang ayam. "Proses paling lama pada saat penjemuran karena tergantung sinar matahari. Kadang bisa satu minggu kalau sering turun hujan. Pernah dicoba dikeringkan memakai oven tetapi rasanya berubah," kata Riski.

Torakur hasil buatan Ngestiwati itu dijual dalam kemasan. Untuk kemasan seperempat kilogram harganya Rp 7.500, sedangakan kemasan setengah kilogram seharga Rp 14.000. Selain di sekitar Kabupaten Semarang, penjualan torakur itu sudah sampai ke Bali.


Sumber : ciputraentreprenuerchip.com

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Toggle Footer